Gadis ini lahir di pagi menjelang
fajar
Senin pon neptunya
Takabur sombong jenius penuh keberuntungan
Primbonnya berkata dan ia meluruskan
Pada tahun kedelapan
Ibunya membuat nasi kuning selamatan hari jadinya
Sorenya hujan badai menerpa merontokan tulang sendinya
Bapaknya minggat bersama
selingkuhannya
Ia tumbuh kesal pelihara amarah dihati
Belum tuntas bapaknya menembang
Lagunya masih terngiang
Lalu hilang bersama cinta bapaknya
Ombak dan badai lebih sering hinggap menerpa
Menjamah menjilat mencium menghatam memecah
Berhamburan menyebar ia tetap tegar
air mata tak mampu membukam derai perih kedukaan
Untungnya adalah malangnya
Matanya adalah mata dewa penyihir berwibawa
Hidunganya bangir laksana pensil lancip
bercahaya
Mulutnya terlatih menata kata menjadi kalimat bermakna