Senja kala

Soremu  ditandai lembayung luka

Mendung menggantung di ujung senja

Tak ada pelangi pun setelah hujan reda

Muram temaram kelabu kelam

selalu

kulihat langit biru melengkung

menyimpan rasa ingin tahu

selalu ada bayangan di titik jauh

kuamati musim berganti tak urut

menghantar panas sesudah kemarau

selalu  muncul angan di batas waktu

 

tanpa uang

bisa apa kau tanpa uang ?
bayar hutang  dengan cinta

bisa apa kau tanpa uang ?
raih asa  melayang terbang

bisa apa kau tanpa uang  ?
bicara pasti  terlihat gamang

bisa apa kau tanpa uang ?
berdiri bak tak punya tulang

bisa apa kau tanpa uang ?
ditengah teman tak dianggap kawan

ya aku jadi ragu
tegakah kau menendangku ?

saat aku punya hutang tak banyak uang  

Bianglala

Saat langit tertempel bianglala di sore setelah hujan reda

Bergegas memohon pelangi tak segera berlalu

Bahagia si biru bersanding warna warni cerah membelah cakrawala
Terkesan   bercerita kedatangan tamu yang ia sungguh tunggu

 

Ketika hujan kusengajakan kuajak kau jalan menyibak jalan setapak

Bahu tanah wangi menyambut  bianglala muncul di hatiku

Berendeng beriringan  sampai aku puas mengintip hatimu

kupastikan bianglala  di hatiku tetap terjaga meski hujan telah reda

Pada bisik bisik rayu tak terencana

acuhmu membuatku alpa

Duka itu separuh kecewa separuh bahagia

Mengapa harus air mata, 

bukankah suluh mu yang hampir padam harus kau jaga

Mengapa harus surut langkah , 

bukankah senjamu mesti  kau songsong

Mengapa duka tak berkesudahan, 

bukankah  tapakmu telah kau niatkan

 

Suami

Suamimu  adalah Arjuna yang kau damba

Laki laki pilihan dari negeri entah dimana

Ia pemenang diantara para juara

Pada lomba yang kau sengaja rekayasa

Menggayuh sabar meraih cinta

Ia adalah pemilik tulang rusukmu

Laki laki  yang paham cara berpikirmu

Ia bersedia memikul  buntung masa lalumu

Saat kisah tak berpihak padamu

Menempa mengolah jengah  kalbumu

Istri

Istrimu  bukan siapa siapa kamu

Ia adalah warga  antah berantah

Yang bersedia menghimpun keluh kesahmu

Ia bukan saudaramu

Yang rela sengsara bersamamu

Ia juga bukan darah dagingmu

Yang tak enggan mendada  duka laramu